Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara

 


    Secara harfiah kata ini mengandung substansi filsafat dan pendidikan. Filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan, sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakekatnya jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam lapangan pendidikan. Oleh karena bersifat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya adalah penerapan dari suatu analisis filosofis terhadap lapangan pendidikan.

    KHD mempunyai Semboyan yaitu tut wuri handayani (dari belakang seorang Guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, Guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik).

    Semboyan pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara adalah “Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, yang dapat diartikan sebagai: Ing ngarso sung tulodho : seorang pemimpin apabila di depan harus bisa memberikan contoh atau menjadi panutan bagi yang dipimpin (warga atau peserta didik). Ing madyo mangun karso : seorang pemimpin apabila berada di tengah-tengah masyarakat harus bisa membangkitkan semangat atau memberi motivasi supaya lebih maju, atau lebih baik. Tut wuri handayani : seorang pemimpin apabila berada di belakang harus bisa mendorong yang dipimpin supaya senantiasa lebih maju. 

    Dasar yang paling penting dalam pendidikan menurut KHD adalah adanya persamaan persepsi antara   penegak atau pemimpin pendidikan tentang arti “mendidik” itu sendiri. Beliau menyatakan bahwa mendidik itu bersifat humanisasi, yakni mendidik adalah proses memanusiakan manusia dengan adanya pendidikan diharapkan derajat hidup manusia bisa bergerak vertikal ke taraf insani yang lebih baik dari sebelumnya.

     Dalam konsep pendidikan KHD ada dua hal yang harus dibedakan yaitu, “Pengajaran” dan “Pendidikan” yang harus bersinergis satu sama lain. Adapun menurut beliau pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (kemiskinan dan kebodohan). Sedangkan pendidikan mengarah pada memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik).

    Jadi jelaslah bahwa manusia yang merdeka adalah manusia yang hidupnya secara lahir dan batin tidak terganggu kepada orang lain, akan tetapi ia mampu bersandar dan berdiri di atas kakinya sendiri. Artinya sistem pendidikan itu mampu menjadikan setiap individu hidup mandiri dan berpikir sendiri. Sistem pendidikan yang sebenarnya adalah bersifat mengasuh, melindungi, dan meneladani. Maka untuk dapat mencapai ini perlulah ketetapan pikiran dan batin yang akan menentukan kualitas seseorang. “Sifat umum pendidikan yang beliau canangkan adalah segala daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran, (intelect), dan tubuh anak: dalam pengertian taman siswa tidak boleh dipisah- pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunia-nya.” 

LihatTutupKomentar